Big Picture From Success Profile

Be Public Relations

Penentu Hidup Matinya Reputasi Perusahaan

Karier apa yang dapat membangun citra perusahaan dan memegang kunci untuk keberlangsungannya ? Ya betul sekali. Public Relations ! Di era kompetitif ini, profesi ini menjadi semakin  penting, karena semua perusahaan harus menjaga kesan baiknya. Tanpa itu, tidak ada yang mau bekerjasama, tidak ada konsumen dan berujung…tidak ada profit. Dengan memegang peran sekritis itu, apakah pekerjaan ini benar-benar sulit, ataukah justru akan luar biasa menarik bagi Anda ? Yuk kita simak penuturan success profile kita kali ini.

Mathilda Birowo

Ibu Mathilda AMW Birowo sudah lebih sekedar makan asam dan garam dalam menjalani profesi ini selama lebih dari 25 tahun. Ibu cantik ini, dengan bersemangat menceritakan betapa menantangnya pekerjaan sebagai Public Relations (PR).

Baginya, pekerjaan ini tidak pernah membosankan. Selalu ada saja yang baru untuk dijadikan pengalaman. Untuk menjawab persoalan-persoalan pekerjaan, baginya pendalaman konsep saja tidaklah cukup. Jam terbang juga menentukan. Karena,  seringkali persoalan yang dihadapi sama sekali di luar dugaan. Untuk itu ia harus dapat cepat mengambil keputusan dan bahkan mempersiapkan 2 atau 3 skenario sekaligus. Namun disinilah sisi menyenangkannya, karena menurutnya ia dapat kreatif mengembangkan berbagai strategi, tanpa banyak dibatasi.

Baginya, pekerjaan ini sungguh luar biasa unik, karena harus menghadapi banyak pihak, kolega maupun saingan dengan berbagai tuntutan, harapan, pun permasalahan, namun tetap harus dapat memperlakukan mereka dengan pendekatan yang sama, yakni win win solution. Tekniknya bisa berbeda, satu dengan lainnya. Prinsipnya harus bisa meminimalisir pihak-pihak yang dikorbankan, dan tetap  mengedepankan keuntungan secara proporsional bagi setiap pihak terkait. Tampaknya sulit, tapi mengasyikan, karena itulah tantangan bagi PR.

Lalu apa kiat sukses menjadi seorang PR ?  Dalam hal ini, Ibu Dosen ini membeberkan trik rahasianya. Yang pertama harus mampu mengekspresikan ide-ide secara jelas dan logis untuk menarik audiens. Ia sendiri banyak mengasah kemampuan komunikasinya tidak hanya secara lisan, tapi juga tulisan. Pendiri PR Consultancy ini, sering menulis di Femina, Media Indonesia, Kompas dan Bisnis Indonesia. Tiga buah buku juga pernah diluncurkannya, tidak termasuk sebuah buku yang masih dalam proses, guna semakin mengasah keterampilan ini.

Pemahaman yang baik tentang kecenderungan manusia juga mutlak diperlukan, guna menentukan strategi di lapangan. Ibu yang awet muda ini menceritakan bagaimana  reputasi perusahaan tidak bisa ‘dibeli’ dengan memberikan amplop pada wartawan agar mau menceritakan kisah baik tentang perusahaan. Kemampuan membina hubungan baik dengan wartawan lewat memahami seperti apa sebenarnya manusia itu, justru sering menjadi penyelamat ketika ia harus mempertaruhkan nama baik organisasi. Pernah kejadian, dimana beliau menjadi pendorong dikeluarkannya berita yang berimbang, yang berhasil menjaga persepsi baik perusahaannya. Hal ini bisa dilakukan  dengan waktu kurang dari 1 jam, sebelum tenggat penerbitan. Semua ini  bisa terjadi hanya karena ia mengenal baik wartawan tersebut. Tanpa biaya, tanpa keribetan yang tidak perlu, kesan baik perusahaan tetap bisa diselamatkannya.

Mathilda birowo 2

Selain itu untuk menjadi PR yang sukses juga dibutuhkan kepribadian ekstrovet, dan  memancarkan aura kepercayaan diri. Kepercayaan diri sangat penting, karena sering harus mempertaruhkan kesan perusahaan untuk acara yang hanya seringkali hanya berlangsung dua jam. Tak dapat ditarik ulang, dimundurkan ataupun dihapus segala noda yang muncul dalam penyelenggaraan event tersebut. Event terus bergulir tanpa dapat dihentikan. Selain itu, percaya diri juga mutlak harus ada sebagai pegangan, agar  tidak terdorong selalu membeo strategi pihak lain yang belum tentu sesuai dengan kondisi lapangan yang dihadapi. Dibutuhkan juga sikap kompetitif dan harus mampu menangani cemoohan dan penolakan publik.

Akhir kata, Ibu tiga anak ini mengingatkan untuk menjalani profesi sesuai dengan etika dan nilai, semangat integritas dan transparansi. Ada yang tertarik untuk mengikuti jejak Ibu Mathilda ?